Kesenian pesisiran (Sintren). Sejarah sintren ada pada saat pra islam. Sebelum islam berkembang di Cirebon, sintren itu dijadikan sebagai kesenian persembahan, setelah para wali datang menyiarkan agama islam di Cirebon, oleh Sunan Kalijaga sintren itu diislamkan. Artinya sintren yang tadinya sebagai bentuk persembahan diislamkan menjadi media dakwah, tetapi tradisi sintrennya tidak hilang.

    Apa yang di dakwahkan melalui sintren? Yang di dakwahkan melalui sintren itu mengenai perjalanan ruh manusia. Dapat disimpulkan peran sintren itu harus seorang gadis suci. "Ruh" itu hanya dijadikan simbol saja.

    Ruh yang ditali/gadis yang ditali pada saat sintren itu adalah ruh yang memiliki perjanjian kepada sang pencipta, pada umur sekian memohon untuk dilahirkan dari rahim ibu, dilahirkan ke alam dunia akan mendapat jodoh, rezeki, dan meninggal dunia. Itu adalah semua simbolik yang memiliki perjanjian kepada sang pencipta.

    Lalu ruh tersebut masuk ke dalam kurungan pada saat pertunjukan sintren dan diibaratkan masuk kedalam alam kandungan, setelah itu ruh akan bertemu janin pada usia 4 bulan. Di dalam sintren menjelaskan kekuasaan sang pencipta yang digambarkan melalui peran sintren itu keluar dari kurungan sudah didandani/sudah cantik,  sudah terbentuk mata, hidung, mulut, telinga dll. Kejadian seperti ini merupakan filosofi seseorang yang sudah siap lahir ke alam dunia. Setelah lahir, sintren itu keluar, menari, jalan, yang diibaratkan aktivitas di alam dunia.

    Ada pepatah mengatakan "barangsiapa yang aktivitas di alam dunia mementingkan duniawi dengan gesekan uang yang dilempar tadi maka akan memberikan isyarat jangan terlalu mengutamakan duniawi saja. Sintren itu akan jatuh ketika dilempar uang, sampai sintren itu narinya semakin lelah dan pelan. Menandakan bahwa sintren itu sudah tua bahkan narinya hingga duduk seperti orang sakit sampai tidak sadarkan diri berarti ruh sudah berpisah dengan jasad yang menandakan sudah meninggal sampai akhirnya dikubur. Setelah itu dibuka kembali menjadi seorang gadis semula, yang menjadikan ruh akan kembali kepada sang pencipta.

    Ada juga yang disebut syiar tentang menaburkan bunga seperti orang tawaf saat menunaikan ibadah haji. Dari semua filosofi,lengenda, dan dakwah semua itu dibenarkan. Misalnya legenda sintren yang menceritakan turunya bidadari,percintaan yang tidak di restui oleh kedua orang tua, cerita tentang bidadari dewi.

     Pada masa penjajahan, sintren itu digunakan untuk memata-matai kelemahan musuh. Sebenarnya lagu sintren itu banyak, tidak hanya turun sintren saja melainkan ada lagu " Jaran cilik". Yang berarti jaren ajakan, cilik yaitu sejak kecil. Dan lagu-lagu sintren lainya tergantung dakwah atau syiar apa yang ingin disampaikan kepada para penonton.