SINTREN
Sulasih sulandana
Biyen putih
Rak ngundang dewa
Dewane saking suksma widadari tumuruna
Pada saat itu, Mataram diperintah oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Sultan Agung memiliki beberapa senapati yang mumpuni, salah satunya adalah Ki
Bahureksa. Ki Bahureksa mendapat kedudukan disepanjang pantai utara Jawa,
dari Kendal hingga Pemalang. Kesetiaanya ia buktikan dengan mengusir Belanda dari tanah Jawa.
Dalam perjalanannya ke daerah utara,
ia juga membuka hutan-hutan yang ia lewati untuk dijadikan pemukiman warga
Mataram. Hutan-hutan pada saat itu terkenal angker. Hutan yang luas tadi tidak
hanya dihuni binatang buas tapi juga lelembut. Pohon-pohon besar banyak tumbuh
di hutan itu. Tapi dengan kesaktianya Ki Bahureksa berhasil membuka hutan
tersebut.
Pada suatu hari seorang pemuda bernama Jaka Bahu yang sedang berada dalam perjalanan bertemu dengan gadis cantik yang sedang bertapa. Dari sosoknya gadis itu seperti bukan manusia biasa karena apa yang
dilakukannya seperti yang biasa dilakukan oleh pendeta. Pertemuan itu membuat Jaka Bahu tertarik dengan gadis itu. Sebenarnya, Jaka Bahu tak lain adalah sang Senapati Bahureksa
Ki Bahureksa sangat tersohor di Pemalang. Karena tersohornya,
banyak wanita yang jatuh hati padanya. Dari sekian banyak wanita yang
datang, Ki Bahureksa memilih Rara Rantamsari, seorang
putri yang cantik. Sebenarnya ia adalah pendeta yang pernah ia temui saat bertapa di
hutan. Ketika itu ia sedang dalam perjalanan saat diutus Sultan
Agung ke Batavia. Tidak hanya di utus untuk mengusir Belanda, tapi ia juga ditugasi mencari
wanita cantik untuk rajanya.
Jaka Bahu yang sudah terbakar api asmara tidak dapat melakukan tugasnya.
Wanita itu tidak sedikitpun tertarik dengan Sultan Agung. Ternyata wanita itu mencintai Jaka Bahu. Dari rasa cinta
itu lahirlah R. Sulandono. Anak dari Jaka Bahu dan
Rantamsari itu tampan dan gagah perkasa. Ia senang mengembara ketika di hutan, R. Sulandono berkelahi dengan raksasa, ia menang tapi
tangannya terluka terkena cakaran kuku sang raksasa.
Suatu hari di desa Kisalah R. Sulandono bertemu gadis cantik seperti bidadari. Gadis itu bernama Dewi Sulasih. Tumbuhlah rasa cinta Sulandono. Ternyata ia pun juga mencintai Sulandono. Akhirnya, mereka
sepakat untuk mengarungi hidup berdua selamanya.
Dewi Sulasih diboyong ke Kadipaten. Mereka berniat untuk meminta doa restu kepada ayah Sulandono. Tetapi, Ki Bahureksa tidak memberikan restu. Walaupun sulit akhirnya Sulandono berpisah dengan Sulasih.
Di lain pihak, sang ibu merestui. Sulandono disuruh untuk
bertapa dan diberi sapu tangan yang akan menjadi
perantara pertemuan Sulasih dan Sulandono. Sedangkan
Dewi Sulasih disuruh menjadi penari di setiap acara bersih desa. Dari situlah keduanya dapat bertemu.
Ketika tanggal lima belas bulan purnama, acara bersih desa diadakan. Dewi Sulasih menari dan akan kerasukan roh halus. Sedangkan
sapu tangan R. Sulandono dijadikan obatnya. Pada saat itu juga Sulandono dipanggil oleh ibunnya. Tapi yang dipanggil hanyalah rohnya. Begitu juga
dengan Sulasih. Jadi sebenarnya yang menari bukan Sulasih tapi badan Sulasih
yang kerasukan lelembut.
Sulasih dapat bertemu dengan Sulandono tapi ada syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Syaratnya yaitu Sulandono harus membawa sapu tangan pemberian ibunya karena
sapu tangan itu adalah jalan untuk bisa kembali ke alam manusia. Jadi setiap
tanggal lima belas. Sulandono tidak pernah lupa membawa sapu tangannya agar bisa bertemu dengan
Sulasih.
Suatu hari ada bangsa jin yang mengganggu Sulandono karena semedi yang
dilakukan Sulandana dinilai mengganggu ketentraman mereka. Bangsa jin itu membuat sayembara. Barang siapa
yang bisa menghentikan semedi Sulandono, akan dijadikan raja jin di daerah itu.
Akhirnya munculah Kala Regi. Ia tahu bahwa Sulandono
mempunyai pusaka berupa sapu tangan yang bisa melepaskan roh dari tubuhnya dan
menarik jin untuk mengisi tubuhnya. Kala Regi
tahu bahwa sapu tangan itulah yang menjadi perantara bertemunya Sulandono
dengan Sulasih. Maka ia mencari cara agar Sulandono lupa membawa sapu tangan itu ketika
akan bertemu dengan Sulasih.
Tanggal lima belas seperti biasa Sulasih akan bertemu dengan Sulandono.
Tapi semedi Sulandono diganggu oleh Kala Regi yang berusaha melepaskan sapu
tangan dari lengannya. Kala Regi berubah wujud menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu
itu hinggap di kepala Sulandono dan berbisik bahwa kalau ia ingin hidup
bersama Sulasih, harus melepaskan sapu tangan dari lenganya. Sulandono
yang sangat mencintai Sulasih goyah dari semedi. Ia tidak
ingin berpisah lagi dengan Sulasih.
Sulandono yang sudah rindu kepada Sulasih perlahan-lahan melepaskan sapu
tangan dari lengannya. Kala Regi sangat senang. Sudah tiba saatnya. Seperti biasa Sulandono bertemu dengan Sulasih. Tapi, tempat bertemunya tidak di alam manusia
melainkan di dunia gaib. Jasad yang ditinggalkan tergeletak di
tanah.
Roh Sulandono dan Sulasih tidak bisa kembali lagi ke jasadnya karena
Sulandono telah ingkar janji. Ia telah melepaskan sapu
tangan dari lenganya dan lupa tidak membawanya ketika bertemu dengan Sulasih. Padahal sapu tangan itu perantara kembalinya roh ke dalam jasad yang
ditinggalkannya. Mereka berdua tidak dapat kembali ke alam manusia dan abadi di alam yang
lain.
Tarian yang dilakukan
Sulasih hingga sekarang masih dilakukan. Sintren namanya. Orang yang menari
sintren akan kerasukan roh dari Sulasih. Bila ingin kembali
seperti semula, penari sintren harus dilempar dengan kabu.
Sumber :
0 Komentar