o
Bentuk Penyajian Sintren
Penari sintren diharuskan untuk puasa
senen kamis, selain itu mandi tujuh sumur pada malam Jumat Kliwon, bertujuan
untuk dapat menebarkan pesona atau daya tarik kepada para penonton. Ritual
mandi tujuh sumur untuk penari sintren diakhiri dengan mandi di banyu tarung,
yaitu sungai yang memiliki dua aliran sungai yang bertemu dalam satu tempat.
Pra Pertunjukan Adalah saat
dimulainya tabuhan gamelan, bertujuan untuk tanda bahwa akan dimulainya
pertunjukan sintren dan di maksudkan untuk mengumpulkan penonton, dilanjut
dengan acara “Dupen” yaitu acara doa bersama-sama diiringi membakar kemenyan
dengan maksud untuk mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga
terhindar dari mara bahaya.
Tahap menjadikan sintren dilakukan
oleh kemlandang dengan membawa calon penari sintren yang diiringi oleh 3 orang
penari pengiring, diantaranya adalah “badut, widadari atau dayang”. Sintren
didudukan oleh kemlandang dalam keadaan berpakaian biasa dan didampingi oleh
para widadari.
Kemlandang akan menjadikan penari sintren dalam
beberapa tahap, antara lain:
1. Kemlandang akan mengikat kedua
tangan dan tubuh dari calon penari sintren dengan di dekatkan ke arah kemenyan
bakar sambil diberi mantra, “trapena banda liro nisuwari sintren, dulun ala
dunun dulu ala dunun”.
keadaan sintren yang diikat, maka oleh widadari akan
di masukan kedalam kurungan, disertai dengan alat rias dan kostum sintren.
2. Setelah
itu dibuka lagi untuk melihatkan kepada penonton bahwa sang sintren masih dalam
keadaan terikat atau masih utuh, kemudian di tutupan kembali dengan kurungan
oleh kemlandang sambil di beri kemenyan. Sinden juga tak kalah penting dalam
pertunjukan ini, dimana sinden akan mengiringi kemlandang yang sedang
memberi kemeyan bakar diatas kurungan dengan menyanyikan nyanyian bidadari
turun,
“asalamualaikum sisane sing doro lanang,
ande-ande lumut temuruno sedelo bae, ana cah ayu sing ngenteni”.
3. Penari
sintren akan memberikan tanda pada saat dalam kurungan kalau dia sudah selesai,
yaitu dengan menggerakkan kurungan tersebut. Widadari dan kemlandang akan
membukakan kurungan dan penari sintren sudah lepas dari ikatan dengan keadaan
rapi dan berdandan lengkap.
Pertunjukan sintren berikutnya
adalah menghibur para penonton dengan lemah gemulai menari sambil diiringi oleh
sinden dan penabuh gamelan. Dalam menyanyikan nyanyian sintren itu sendiri
berbeda-beda yaitu sesuai dengan permintaan dari penari sintren. Saat menari
sintren selalu di iringi atau didampingi oleh widadari dan badut. Bertujuan
untuk menjaga penari sintren, misal yaitu pada saat penari sintren merasa lemas
atau tak berdaya maka widadari akan menopangnya sambil memberikan asap
kemenyan. Badut juga selalu mengiringi sintren kemana dia melangkah, biasanya
berada di samping atau depan dari penari sintren. Fungsi dari badut itu sendiri
selain sebagai pasangan sintren, badut juga memberikan nilai plus untuk pertunjukan
sintren, yaitu dengan menari tarian lucu, atau sekedar menggoda penonton agar
suasana lebih meriah.
Bila sintren merasa lemas maka ia
akan memberitahu widadari untuk kembali ke kurungan. Sintren didudukkan oleh
widadari, kemudian kemlandang akan menutup kurungan dengan memberikan asap
kemenyan di atas kurungan tersebut. Saat penari sintren dalam kurungan maka
sinden akan menyanyikan nyanyian lagi, seperti nyanyian tembang waru. Maksud
dari tembang ini adalah untuk menyemangati sintren agar ia mau menari lagi dan
siap menghibur para penonton. Disamping itu kemlandang terus memberikan
asap kemenyan pada kurungan sintren.
Widadari akan menanyakan kepada sintren
dengan menempelkan telinga ke arah kurungan tersebut. Sintren akan memberikan
tanda bahwa dia sudah siap untuk menari. Acara selanjutnya yaitu sintren menari
dengan penonton, dimana penonton ikut antusias untuk nyawer sintren serasa nari
dengan penari profesional, namun saweran yang di berikan ia masukkan kedalam
jamang (hiasan yang terdapat dikepala dengan untaian melati disampingnya). Saat
sintren menari dengan penonton tak ketinggalan badut ikut menari di sebelahnya
juga. Ketika tarian sintren sudah dianggap cukup, maka sintren akan diiringi
oleh widadari untuk menarik saweran dari para penonton dengan membawa baskom
atau nampan ke arah penonton yang dipegang oleh widadari.
Selanjutnya adalah acara “Balangan”
yaitu pada saat penari sintren sedang menari maka dari arah penonton ada yang
melempar kain atau baju ke arah sintren. Uniknya, setiap penari terkena
lemparan maka sintren akan terjatuh pingsan, saat itulah sang kemlandang dengan
menggunakan mantra-mantra mengusapkan kedua tangan penari sintren dengan asap
kemenyan, dan diteruskan dengan mengusap wajah penari sintren dengan tujuan
agar roh bidadari datang lagi sehingga penari sintren dapat melanjutkan
tariannya. Namun pada saat balangan itu, bukan sekedar kain saja, tetapi sudah
diselipkan uang didalamnya, yang kemudian akan diberi minyak wangi sintren oleh
sang kemlandang. Kain yang sudah diberi minyak wangi tersebut, akan di antarkan
langsung oleh penari sintren dengan diiringi sampingnya oleh widadari.
o
Tempat Penyajian Sintren
Tempat yang digunakan untuk
melakukan pertunjukan sintren adalah tempat terbuka, seperti lapangan, atau
alun-alun. Maksudnya berupa arena pertunjukan yang tidak ada batas antara
penari sintren beserta pendukungnya dengan penonton. Hal ini di maksudkan agar
lebih komunikatif dengan dibuktikan pada saat acara balangan dan saweran,
dimana antara penonton dan penari sintren terlihat menyatu dalam satu
pertunjukan dengan ikut menari pada saat penonton nyawer kepada penari sintren.
o
Waktu Penyajian Sintren
Pagelaran
kesenian Sintren semula di sajikan pada waktu sunyi dalam malam bulan purnama,
karena menurut kepercayaan masyarakat bahwa sintren mengandung unsur magis,
dimana berhubungan dengan makhluk halus yang menjelma dan menyatu dengan penari
sintren. Nanun pada zaman sekarang sintren biasa di pertunjukan pada kapan
saja, baik siang ataupun malam hari, dan tidak tergantung pada malam bulan
purnama.
Pertunjukan
sintren hanya tergantung pada cuaca, bila cuacanya cerah dan memungkinkan untuk
mengadakan sintren, ditambah ada persetujuan dari pihak desa atau masyarakat
sepempat maka akan di adakan pertunjukan kesenian sintren. Sedangkan bila
cuacananya tidak memungkin, seperti hujan maka tidak ada pertunjukan sintren.
Dalam melakukan pertunjukan sintren biasa 40 hari berturut-turut kalau
cuacananya memungkinkan, kemudian di akhir pertunjukan terdapat atraksi dari
penari sintren dan badut. Misalnya adalah penari sintren akan menari di atas
kurungan sambil di iringi juga dengan badutnya.
Sumber
:
0 Komentar